Tahukah Anda, berbagi tidak selalu berwujud materi, tetapi bisa juga lewat hal-hal non-material sesederhana bertanya “Apa yang bisa saya bantu?”. Apalagi di kantor, tempat Anda menghabiskan hampir separuh hari Anda.
Dengan berbagi, Anda tak cuma memberikan bantuan, namun juga memperoleh kepuasan batin dan menjaga hubungan baik antar kolega. Bila Anda berpikir berbagi masih jadi sebuah kewajiban dan bukan kebiasaan, yuk simak cara-cara mudah yang dapat Anda lakukan untuk menjadikan berbagi atau sharing sebagai kebiasaan sehari-hari di kantor.
1.Stop berpikir “Yang penting pekerjaan saya beres”
Memang pekerjaan Anda dan departemen atau divisi lain jarang bersinggungan langsung. Tapi bukan berarti Anda lantas berpikir, “Yang penting pekerjaan saya beres”.
Ada dua hal yang harus Anda pertimbangkan saat akan membantu rekan lintas divisi. Pertama, anggap diri Anda adalah bagian dari sebuah tim raksasa di perusahaan. Satu bagian saja terganggu dalam menjalankan fungsinya, bagian lain bisa terkena imbasnya. Contohnya, meski Anda dari bagian keuangan, memberikan nomor telpon vendor sound system untuk teman bagian komunikasi perusahaan yang sedang kebingungan mencari pengganti speaker yang bermasalah bisa jadi bantuan sederhana tapi sangat bermakna .
Kedua, membantu teman lintas departemen juga berarti membantu sesama. Siapa tahu, alasan teman Anda tak mampu menyelesaikan pekerjaan adalah alasan-alasan personal seperti mengurus keluarga yang sedang sakit. Dalam kondisi seperti itu, sekadar bertanya, “Apa yang bisa saya bantu” tentu sangat berarti.
2.Yuk membagi dan mendelegasikan tugas
Merasa cuma Anda yang bisa mengerjakan pekerjaan Anda sesuai standar dan merasa “Kok sepertinya cuma saya yang paham pekerjaan ini”? Merasa enggan mendelegasikannya ke orang lain karena tak yakin hasilnya akan sebaik Anda? Tahukah Anda, ini artinya Anda punya trust issue sekaligus menghambat kesempatan orang lain untuk belajar. Coba lihat, bisa jadi Anda mengerjakan 80% pekerjaan dan teman-teman Anda hanya mengerjakan sisanya. Tak heran Anda merasa lelah sendirian.
Mulai sekarang, share pekerjaan secara proposional. Aartinya tak hanya merata secara kuantitas, sesuaikan juga dengan kapasitas dan kemampuan tiap orang. Dengan cara ini, masing-masing anggota tim Anda bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai ritme kerja masing-masing dan bekerja lebih efektif. Tunjukkan juga dengan contoh bahwa yang lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya bisa membantu teman yang belum selesai pekerjaannya.
3.Ada info praktis? Jangan disimpan sendiri
Ini terutama berlaku jika rekan kerja Anda adalah anak baru. Jangan berasumsi bahwa mereka sudah tahu tentang apa yang harus mereka kerjakan. Ada begitu banyak hal yang tak diajarkan di dunia kuliah dan baru akan dipelajari di dunia kerja. Begitu juga, lingkungan di kantor sebelumnya bisa jadi berbeda 180 derajat dengan lingkungannya sekarang.
Info praktis seperti nomor telpon partner, cara mengoperasikan peralatan elektronik di kantor, tempat makan siang yang enak dan terjangkau, hingga mau meluangkan waktu bersama belajar program komputer bisa jadi hal-hal sederhana yang akan mereka ingat dalam karirnya kelak.
4.Buat agar berbagi terasa seru dan menyenangkan
Nah cara ini bisa Anda jadikan ajang mempererat kebersamaan sekaligus berbagi pada sesama di luar lingkungan kantor. Coba buat agenda mingguan seru seperti seharian berbahasa Inggris di English Day, Potluck Day supaya Anda dan rekan satu tim bisa saling bertukar bekal dan makan bersama, atau Sports Day sebagai ajang berolahraga bersama. Jika ada yang lupa, kenakan penalti sejumlah tertentu yang kemudian ditabung. Pengumpulan hasil penalti tersebut bisa digunakan untuk berbagai tujuan bersama, misalkan untuk dana tak terduga jika ada teman atau keluarga teman sekantor mengalami musibah, kado ulang tahun, perpisahan, atau pensiun.
Memulai kebiasaan baik memang harus diawali dengan niat yang baik dan komitmen yang kuat. Last but not least, ingat bahwa berbagi berarti menghidupkan empati. Tak hanya untuk rekan sekantor dan di pekerjaan, tapi juga untuk keluarga dan lingkungan Anda.
Saat Anda berkomitmen untuk investasi terhadap diri sendiri, itu artinya Anda telah masuk ke dalam proses menyiapkan bekal terbaik untuk masa depan. Demi pengembangan diri, Anda bisa berinvestasi dalam bentuk mengikuti training bersertifikasi, gamified e-learning, les bahasa, seminar, workshop, hingga networkingdengan orang-orang yang memiliki minat sama. Berikut beberapa alasan mengapa Anda perlu investasi pada diri sendiri.
Jika dikelola dengan tepat, rasa bosan Anda bisa diubah menjadi inspirasi sehingga kerja pun jadi lebih berarti.
Berikut adalah hal sederhana dalam menghargai keberagaman di lingkungan kerja yang sering luput dari pikiran kita.