Frisian Flag Indonesia Luncurkan Sistem Otomatisasi Digital Milk Collection Point (MCP) Pertama di Indonesia di Los Cimaung Pangalengan

Our Milkpedia

Berita

Sep 15, 2015

Frisian Flag Indonesia Luncurkan Sistem Otomatisasi Digital Milk Collection Point (MCP) Pertama di Indonesia di Los Cimaung Pangalengan

Frisian Flag Indonesia Luncurkan Sistem Otomatisasi Digital Milk Collection Point (MCP) Pertama di Indonesia di Los Cimaung Pangalengan

Meningkatkan kualitas susu melalui optimalisasi jaringan serta perbaikan kualitas MCP dengan menggabungkan kemampuan manajemen koperasi Pangalengan yang semakin berkembang.

Pangalengan, 10 September 2015 – Hari ini, Frisian Flag Indonesia (FFI) meluncurkan program Milk Collection Point (MCP) di Los Cimaung Pangalengan, Jawa Barat yang merupakan sebuah langkah maju untuk meningkatkan kualitas dari produksi susu segar melalui upaya untuk meminimalisasi Total Plate Count (TPC). Proyek ini merupakan sebuah inisiatif yang diluncurkan di bawah naungan FDOV Project Indonesia. FDOV Project Indonesia adalah sebuah kerja sama yang masih berjalan antara Frisian Flag Indonesia/Royal Friesland Campina, KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) Pangalengan, KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara) Lembang, The Friesian, DLO/WUR, Agriterra dan Pemerintah Belanda.

Sebagai anak perusahaan dari FrieslandCampina, koperasi peternak sapi perah terbesar di dunia, FFI memegang komitmen jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal melalui peningkatan kualitas dan kuantitas susu segar yang diproduksi di Indonesia melalui program yang dikenal sebagai Dairy Development Program (DDP) yang juga didukung oleh Kedutaan Belanda dan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Aspek kualitas susu segar seperti TPC memegang peranan yang sangat penting dalam bidang operasional MCP. Semakin rendah jumlah TPC maka semakin baik kualitas susu yang diproduksi. Jumlah petani yang turut serta dalam program MCP adalah 189 peternak yang kemudian terbagi menjadi enam kelompok. Pada kunjungan pertama FFI ke MCP (farm visit) di Los Cimaung Pangalengan awal tahun ini, ditemukan bahwa hanya 3% dari jumlah keseluruhan peternak yang ada mengikuti Prosedur Standard Operasional (SOP). Melalui inisiatif MCP tersebut, FFI bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang diberikan kepada para peternak susu melalui pembinaan dan pelatihan berkesinambungan yang meliputi inisiatif seperti menyediakan alat foremilk, filter, handuk, kaleng susu dan keranjang. Setelah kunjungan keempat, ditemukan bahwa persentase peternak susu yang mengikuti SOP mengalami kenaikan hingga lebih dari 95%. Peningkatan ini jelas mencerminkan para peternak sudah mengadaptasi cara yang lebih bersih dan efisien dalam memproduksi susu.

Diharapkan melalui pelaksanaan program MCP ini, jumlah TPC dari susu segar yang dihasilkan mampu turun secara signifikan hingga ±90% dan secara otomatis menaikkan harga jual produk di pasaran. Penurunan angka TPC dan peningkatan kualitas susu senantiasa dipantau dan diharapkan menjadi konsisten secara bertahap untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih baik dan berkualitas.

Drs. Rob Swartbol, Duta Besar Belanda Untuk Indonesia mengemukakan, “Atas nama Pemerintah Belanda, saya ingin menyampaikan bahwa kami bangga telah menjadi bagian dari program yang sangat inspiratif ini dan mengedepankan kesejahteraan peternak sapi perah di Indonesia serta kualitas produk yang mereka hasilkan. Sejalan dengan strategi kami, pemerintah Belanda berharap untuk dapat melihat perubahan dan perkembangan dalam kehidupan masyarakat setempat.”

Dr. Ir. Muladno, MSA, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia menyampaikan, “Kami berharap program ini dapat terus menginspirasi koperasi-koperasi lain di Indonesia. Sebagaimana disampaikan sebelumnya, tujuan mulia dari program ini dalam menyediakan cara yang lebih baik dan lebih efisien bagi para peternak susu sapi perah harus terus diinformasikan kepada publik. Suatu saat nanti kami berharap bahwa Indonesia dapat senantiasa mengandalkan produk susu lokal melebihi produk impor.”

Marco Spits, Presiden Direktur Frisian Flag Indonesia menjelaskan, “Dengan dukungan dari Kementerian Luar Negeri Belanda dan Kementerian Pertanian Indonesia, Frisian Flag Indonesia tidak hanya memproduksi produk susu berkualitas tinggi, tetapi juga melakukan berbagai kegiatan pengembangan masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab kepada konsumen, karyawan, peternak, pemegang saham, masyarakat dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Kami memfokuskan diri pada peningkatan infrastruktur MCP melalui berbagai aspek. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan penggunaan MCP untuk produksi susu segar yang dilengkapi dengan tangki pendingin dan jaminan kebersihan dan fasilitas lengkap bagi para peternak.”
MCP di Pangalengan, Jawa Barat ini akan mengadaptasi sistem barcode digital pertama di Indonesia. Peternak sapi perah dalam program ini akan memiliki akses digital ke data mereka masing-masing, analisis TPC serta analisis komposisi susu setiap produk. Sistem ini diharapkan dapat meminimalisasi adanya kesalahan manusia (human error) dalam memasukkan data yang diberikan oleh para peternak sapi perah kepada staf MCP serta mengurangi limbah kertas. Sistem ini juga mampu melacak kembali transaksi terdahulu dan memberikan kemudahan dalam metode pembayaran antara petani dan MCP tersebut.

Aun Gunawan, Ketua Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan melanjutkan, “Pelaksanaan sistem barcode digital dapat serta merta membantu masyarakat sekitar untuk menghemat biaya dan waktu. Kami dapat bekerja dengan lebih efisien dalam penanganan rantai pasokan (supply chain). Hal ini tentunya akan banyak membantu masyarakat dan menginspirasi mereka agar dapat belajar dari para ahli untuk mengelola bisnis dengan lebih baik dan tentunya menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan kami.”

Pada 2013, produksi susu dari peternakan lokal di Indonesia hanya bisa memenuhi ±20% dari kebutuhan total seluruh penduduk. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk meningkatkan datangnya produk impor dari luar negeri. Di masa mendatang, diharapkan bahwa program MCP dapat membantu untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menciptakan kemandirian bagi para peternak sapi perah yang terlibat dalam program ini. Peningkatan efisiensi terkait biaya dan waktu juga diharapkan dapat memberikan prospek bisnis yang lebih baik dan berkelanjutan untuk para peternak sapi perah, anggota keluarga mereka dan tentunya seluruh masyarakat di Indonesia.